Rabu, 28 Oktober 2015

Mengenal Baterai LiPo

Di dunia drone dan pesawat RC, Jenis baterai yang paling sering digunakan adalah LiPo (Lithium Polymer). Baterai LiPo sangat cocok untuk pesawat/helikopter RC karena:
1. Baterai LiPo tergolong ringan dibanding jenis baterai yang lain (missal: NiCad/ NiMH)
2. Walau dengan dimensi yang kecil baterai LiPo memiliki kapasitas yang besar.
3. Arus yang besar sehingga cocok digunakan motor-motor dengan daya besar.

Kesimpulannnya, dibanding dengan baterai lain, pada berat yang sama, baterai LiPo dapat menampung energy yang jauh lebih besar. Selain itu memiliki berbagai variasi berat dan ukuran.
Kekurangan dari baterai LiPo:
1.       Harga yang lebih mahal,tetapi kini harganya semakin menurun.
2.       Cycle/Usia yang pendek. Umumnya usia baterai lipo adalah 300-500 kali charge. Ada kasus langka di mana baterai dapat bertahan hingga 1000 cycle. Tetapi kasus tersebut hanya ditemui pada perawatan baterai yang sangat baik ( contoh: charging dengan charger yang baik, voltase yang tepat, dan durasi yang tepat)
3.       Baterai LiPo cukup berbahaya, karena baterai ini rawan meledak/terbakar ketika tidak diperlakukan dengan sesuai.
4.       Baterai LiPo rentan rusak dan memiliki aturan yang cukup ketat dalam hal perawatan. Charge, discharge, penyimpanan dan temperatur sangat mempengaruhi umur dari baterai itu sendiri

Parameter/Variable penting yang harus dimengerti pada Baterai LiPo:
1.       Cell dan Voltase
Pada label LiPo , biasanya tertulis spesifikasi seperti ini : 4S xxxx mAH, 3S xxxxmAH.
4S, 3S, angka di depan S menunjukkan jumlah cell dari baterai tersebut. Sedangkan kode S memiliki arti cell pada bateri tersebut disusun secara seri. Setiap Cell dari baterai LiPo memberikan tegangan sebesar 3.7 Volt. Maka, sebagai contoh:

Baterai 4S ----à menghasilkan tegangan sebesar: 4 x 3.7V =14.8 V.

Spesifikasi Jumlah cell ini biasanya dicocokkan dengan persyaratan dari ESC (electronic speed controller) dan motor. Pada motor biasanya terdapat spesifikasi sebagai berikut:

1800 KV, 800KV, dsb. KV pada spesifikasi tersebut BUKAN berarti Kilo Volt,tetapi RPM (putaran per menit) yang dihasilkan motor dari setiap volt yang dihasilkan oleh baterai.

Contoh: Motor 1000 KV dengan baterai 3S memiliki arti dengan baterai tsb dihasilkan tegangan 3 x 3.7V= 11.1 V , yang akan memutar motor hingga kecepatan : 11.1*1000 =11100 RPM.

Semakin cepat putaran motor semakin besar pula gaya dorong yang dihasilkan. Tetapi biasanya motor juga memiliki batasan voltase. Karena itu baterai yang dipilih untuk motor tersebut harus memiliki jumlah cell yang tepat agar tidak merusak motor tsb.

2.       Capacity
Capacity atau kapasitas menunjukkan seberapa besar tenaga yang dapat ditampung oleh baterai tersebut. Kapasitas dituliskan pada label baterai sebagai mAH (mili Ampere Hour)  atau seberapa besar arus (mili Ampere) yang mengalir dalam satu jam.
Sebagai contoh:
Baterai 5000 mAH pada kondisi penuh, digunakan pada motor yang menarik arus sebesar 10 ampere (10000 mili Ampere) akan habis dayanya dalam waktu kurang lebih:

5000 mAH/10000mA = 0.5 Hours =30 menit

Ampere yang digunakan oleh motor biasanya maksimum sebesar spesifikasi dari ESC nya.

Pada dasarnya untuk meningkatkan lama waktu terbang, solusi termudah adalah mengganti baterai dengan mAH yang lebih besar. Tetapi harus diingat, baterai dengan mAH lebih besar memiliki berat yang jauh lebih besar juga.

3.       Discharge Rate

Discharge rate adalah parameter yang menunjukkan batas aman seberapa cepat baterai dapat disedot dayanya. Biasanya pada label baterai LiPo dituliskan sebagai C. misal 10C, 20C, 35C, 60 C. dsb.
Angka di depan C merupakan pengali dari kapasitas baterai.
Misal:

Baterai 4000 mAH 15C ----à dapat digunakan secara aman untuk motor yang menarik arus maksimum 15 * C = 15* 4000mA = 60 Ampere.

Maka baterai tersebut aman untuk ESC dan motor yang menarik arus hingga 60 Ampere. Jika ESC/motor menarik arus yang lebih besar dari 60A, Baterai dan ESC akan cepat rusak.

Cara memastikan bahwa baterai memiliki discharge rate yang tepat untuk motor tertentu adalah dengan mengukur temperature baterai setelah pemakaian. Jika baterai terlalu panas (lebih dari 40 derajat celcius) , hamper bisa dipastikan motor tersebut membutuhkan baterai dengan discharge rate lebih tinggi.


Berikut ini adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam merawat LiPo:
1.       Aturan 80 persen: Untuk mendapatkan umur yang lebih panjang, sebaiknya baterai tidak pernah dipakai melebihi 80 persen dari daya maksimum. Misal: Baterai 1000mAH sebaiknya hanya dipakai 800 mAH dalam satu kali pemakaian. Untuk baterai yang tidak memiliki indicator, sisa daya dapat diukur dari voltase. Voltase dapat diukur dengan multimeter.
Voltase baterai yang sudah terpakai 80% biasanya sebesar 3.74-3.75/cellnya.
Contoh: Baterai  3S memiliki voltase 11.22V pada keadaan 80% terpakai.
2.       Charge baterai hingga voltase yang tepat. Satu cell dari baterai LiPo memiliki voltase sebesar 4.2 V ketika penuh. Melakukan charge hingga voltase melebihi angka tersebut akan mengurangi umur baterai tersebut:
    • Charge to 4.1V gave over 2000 cycles.
    • Charge to 4.2V gave about 500 cycles.
    • Charge to 4.3V gave under 100 cycles.
    • Charge to 4.4V gave less than 5 cycles.

Batas voltase maksimum yang ideal untuk baterai lipo adalah 4.15V/cell. Banyak pengguna baterai yang menggunakan angka ini sebagai acuan dan mendapatkan umur maksimum baterai hingga 800 cycles.
3.       Charge baterai dengan arus yang tepat . Arus yang tepat untuk melakukan charge baterai LiPo adalah sebesar 1C atau sama sebesar satu kali dari kapasitas baterai. Dengan menggunakan setting tersebut dapat dijamin baterai akan bertahan lebih lama.
4.       Gunakan balance charger. Balance charger memastikan setiap cell dari baterai memiliki tegangan/volt yang sama.
5.       Kenali hal-hal yang mengurangi umur dari baterai LiPo:
·         Panas
·         Charging terlalu lama hingga melebihi batas voltase aman
·         Dibebani pemakaian arus yang terlalu besar
·         LiPo didiamkan dalam waktu lama dalam keadaan terisi penuh
·         Balancing yang buruk (voltase antar cell tidak sama)
·         Jatuh, diikat terlalu kencang, dsb,



Mengenal Baterai LiPo

Di dunia drone dan pesawat RC, Jenis baterai yang paling sering digunakan adalah LiPo (Lithium Polymer). Baterai LiPo sangat cocok untuk pesawat/helikopter RC karena:
1. Baterai LiPo tergolong ringan dibanding jenis baterai yang lain (missal: NiCad/ NiMH)
2. Walau dengan dimensi yang kecil baterai LiPo memiliki kapasitas yang besar.
3. Arus yang besar sehingga cocok digunakan motor-motor dengan daya besar.

Kesimpulannnya, dibanding dengan baterai lain, pada berat yang sama, baterai LiPo dapat menampung energy yang jauh lebih besar. Selain itu memiliki berbagai variasi berat dan ukuran.
Kekurangan dari baterai LiPo:
1.       Harga yang lebih mahal,tetapi kini harganya semakin menurun.
2.       Cycle/Usia yang pendek. Umumnya usia baterai lipo adalah 300-500 kali charge. Ada kasus langka di mana baterai dapat bertahan hingga 1000 cycle. Tetapi kasus tersebut hanya ditemui pada perawatan baterai yang sangat baik ( contoh: charging dengan charger yang baik, voltase yang tepat, dan durasi yang tepat)
3.       Baterai LiPo cukup berbahaya, karena baterai ini rawan meledak/terbakar ketika tidak diperlakukan dengan sesuai.
4.       Baterai LiPo rentan rusak dan memiliki aturan yang cukup ketat dalam hal perawatan. Charge, discharge, penyimpanan dan temperatur sangat mempengaruhi umur dari baterai itu sendiri

Parameter/Variable penting yang harus dimengerti pada Baterai LiPo:
1.       Cell dan Voltase
Pada label LiPo , biasanya tertulis spesifikasi seperti ini : 4S xxxx mAH, 3S xxxxmAH.
4S, 3S, angka di depan S menunjukkan jumlah cell dari baterai tersebut. Sedangkan kode S memiliki arti cell pada bateri tersebut disusun secara seri. Setiap Cell dari baterai LiPo memberikan tegangan sebesar 3.7 Volt. Maka, sebagai contoh:

Baterai 4S ----à menghasilkan tegangan sebesar: 4 x 3.7V =14.8 V.

Spesifikasi Jumlah cell ini biasanya dicocokkan dengan persyaratan dari ESC (electronic speed controller) dan motor. Pada motor biasanya terdapat spesifikasi sebagai berikut:

1800 KV, 800KV, dsb. KV pada spesifikasi tersebut BUKAN berarti Kilo Volt,tetapi RPM (putaran per menit) yang dihasilkan motor dari setiap volt yang dihasilkan oleh baterai.

Contoh: Motor 1000 KV dengan baterai 3S memiliki arti dengan baterai tsb dihasilkan tegangan 3 x 3.7V= 11.1 V , yang akan memutar motor hingga kecepatan : 11.1*1000 =11100 RPM.

Semakin cepat putaran motor semakin besar pula gaya dorong yang dihasilkan. Tetapi biasanya motor juga memiliki batasan voltase. Karena itu baterai yang dipilih untuk motor tersebut harus memiliki jumlah cell yang tepat agar tidak merusak motor tsb.

2.       Capacity
Capacity atau kapasitas menunjukkan seberapa besar tenaga yang dapat ditampung oleh baterai tersebut. Kapasitas dituliskan pada label baterai sebagai mAH (mili Ampere Hour)  atau seberapa besar arus (mili Ampere) yang mengalir dalam satu jam.
Sebagai contoh:
Baterai 5000 mAH pada kondisi penuh, digunakan pada motor yang menarik arus sebesar 10 ampere (10000 mili Ampere) akan habis dayanya dalam waktu kurang lebih:

5000 mAH/10000mA = 0.5 Hours =30 menit

Ampere yang digunakan oleh motor biasanya maksimum sebesar spesifikasi dari ESC nya.

Pada dasarnya untuk meningkatkan lama waktu terbang, solusi termudah adalah mengganti baterai dengan mAH yang lebih besar. Tetapi harus diingat, baterai dengan mAH lebih besar memiliki berat yang jauh lebih besar juga.

3.       Discharge Rate

Discharge rate adalah parameter yang menunjukkan batas aman seberapa cepat baterai dapat disedot dayanya. Biasanya pada label baterai LiPo dituliskan sebagai C. misal 10C, 20C, 35C, 60 C. dsb.
Angka di depan C merupakan pengali dari kapasitas baterai.
Misal:

Baterai 4000 mAH 15C ----à dapat digunakan secara aman untuk motor yang menarik arus maksimum 15 * C = 15* 4000mA = 60 Ampere.

Maka baterai tersebut aman untuk ESC dan motor yang menarik arus hingga 60 Ampere. Jika ESC/motor menarik arus yang lebih besar dari 60A, Baterai dan ESC akan cepat rusak.

Cara memastikan bahwa baterai memiliki discharge rate yang tepat untuk motor tertentu adalah dengan mengukur temperature baterai setelah pemakaian. Jika baterai terlalu panas (lebih dari 40 derajat celcius) , hamper bisa dipastikan motor tersebut membutuhkan baterai dengan discharge rate lebih tinggi.


Berikut ini adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam merawat LiPo:
1.       Aturan 80 persen: Untuk mendapatkan umur yang lebih panjang, sebaiknya baterai tidak pernah dipakai melebihi 80 persen dari daya maksimum. Misal: Baterai 1000mAH sebaiknya hanya dipakai 800 mAH dalam satu kali pemakaian. Untuk baterai yang tidak memiliki indicator, sisa daya dapat diukur dari voltase. Voltase dapat diukur dengan multimeter.
Voltase baterai yang sudah terpakai 80% biasanya sebesar 3.74-3.75/cellnya.
Contoh: Baterai  3S memiliki voltase 11.22V pada keadaan 80% terpakai.
2.       Charge baterai hingga voltase yang tepat. Satu cell dari baterai LiPo memiliki voltase sebesar 4.2 V ketika penuh. Melakukan charge hingga voltase melebihi angka tersebut akan mengurangi umur baterai tersebut:
    • Charge to 4.1V gave over 2000 cycles.
    • Charge to 4.2V gave about 500 cycles.
    • Charge to 4.3V gave under 100 cycles.
    • Charge to 4.4V gave less than 5 cycles.

Batas voltase maksimum yang ideal untuk baterai lipo adalah 4.15V/cell. Banyak pengguna baterai yang menggunakan angka ini sebagai acuan dan mendapatkan umur maksimum baterai hingga 800 cycles.
3.       Charge baterai dengan arus yang tepat . Arus yang tepat untuk melakukan charge baterai LiPo adalah sebesar 1C atau sama sebesar satu kali dari kapasitas baterai. Dengan menggunakan setting tersebut dapat dijamin baterai akan bertahan lebih lama.
4.       Gunakan balance charger. Balance charger memastikan setiap cell dari baterai memiliki tegangan/volt yang sama.
5.       Kenali hal-hal yang mengurangi umur dari baterai LiPo:
·         Panas
·         Charging terlalu lama hingga melebihi batas voltase aman
·         Dibebani pemakaian arus yang terlalu besar
·         LiPo didiamkan dalam waktu lama dalam keadaan terisi penuh
·         Balancing yang buruk (voltase antar cell tidak sama)
·         Jatuh, diikat terlalu kencang, dsb,



Mengenal Baterai LiPo

Di dunia drone dan pesawat RC, Jenis baterai yang paling sering digunakan adalah LiPo (Lithium Polymer). Baterai LiPo sangat cocok untuk pesawat/helikopter RC karena:
1. Baterai LiPo tergolong ringan dibanding jenis baterai yang lain (missal: NiCad/ NiMH)
2. Walau dengan dimensi yang kecil baterai LiPo memiliki kapasitas yang besar.
3. Arus yang besar sehingga cocok digunakan motor-motor dengan daya besar.

Kesimpulannnya, dibanding dengan baterai lain, pada berat yang sama, baterai LiPo dapat menampung energy yang jauh lebih besar. Selain itu memiliki berbagai variasi berat dan ukuran.
Kekurangan dari baterai LiPo:
1.       Harga yang lebih mahal,tetapi kini harganya semakin menurun.
2.       Cycle/Usia yang pendek. Umumnya usia baterai lipo adalah 300-500 kali charge. Ada kasus langka di mana baterai dapat bertahan hingga 1000 cycle. Tetapi kasus tersebut hanya ditemui pada perawatan baterai yang sangat baik ( contoh: charging dengan charger yang baik, voltase yang tepat, dan durasi yang tepat)
3.       Baterai LiPo cukup berbahaya, karena baterai ini rawan meledak/terbakar ketika tidak diperlakukan dengan sesuai.
4.       Baterai LiPo rentan rusak dan memiliki aturan yang cukup ketat dalam hal perawatan. Charge, discharge, penyimpanan dan temperatur sangat mempengaruhi umur dari baterai itu sendiri

Parameter/Variable penting yang harus dimengerti pada Baterai LiPo:
1.       Cell dan Voltase
Pada label LiPo , biasanya tertulis spesifikasi seperti ini : 4S xxxx mAH, 3S xxxxmAH.
4S, 3S, angka di depan S menunjukkan jumlah cell dari baterai tersebut. Sedangkan kode S memiliki arti cell pada bateri tersebut disusun secara seri. Setiap Cell dari baterai LiPo memberikan tegangan sebesar 3.7 Volt. Maka, sebagai contoh:

Baterai 4S ----à menghasilkan tegangan sebesar: 4 x 3.7V =14.8 V.

Spesifikasi Jumlah cell ini biasanya dicocokkan dengan persyaratan dari ESC (electronic speed controller) dan motor. Pada motor biasanya terdapat spesifikasi sebagai berikut:

1800 KV, 800KV, dsb. KV pada spesifikasi tersebut BUKAN berarti Kilo Volt,tetapi RPM (putaran per menit) yang dihasilkan motor dari setiap volt yang dihasilkan oleh baterai.

Contoh: Motor 1000 KV dengan baterai 3S memiliki arti dengan baterai tsb dihasilkan tegangan 3 x 3.7V= 11.1 V , yang akan memutar motor hingga kecepatan : 11.1*1000 =11100 RPM.

Semakin cepat putaran motor semakin besar pula gaya dorong yang dihasilkan. Tetapi biasanya motor juga memiliki batasan voltase. Karena itu baterai yang dipilih untuk motor tersebut harus memiliki jumlah cell yang tepat agar tidak merusak motor tsb.

2.       Capacity
Capacity atau kapasitas menunjukkan seberapa besar tenaga yang dapat ditampung oleh baterai tersebut. Kapasitas dituliskan pada label baterai sebagai mAH (mili Ampere Hour)  atau seberapa besar arus (mili Ampere) yang mengalir dalam satu jam.
Sebagai contoh:
Baterai 5000 mAH pada kondisi penuh, digunakan pada motor yang menarik arus sebesar 10 ampere (10000 mili Ampere) akan habis dayanya dalam waktu kurang lebih:

5000 mAH/10000mA = 0.5 Hours =30 menit

Ampere yang digunakan oleh motor biasanya maksimum sebesar spesifikasi dari ESC nya.

Pada dasarnya untuk meningkatkan lama waktu terbang, solusi termudah adalah mengganti baterai dengan mAH yang lebih besar. Tetapi harus diingat, baterai dengan mAH lebih besar memiliki berat yang jauh lebih besar juga.

3.       Discharge Rate

Discharge rate adalah parameter yang menunjukkan batas aman seberapa cepat baterai dapat disedot dayanya. Biasanya pada label baterai LiPo dituliskan sebagai C. misal 10C, 20C, 35C, 60 C. dsb.
Angka di depan C merupakan pengali dari kapasitas baterai.
Misal:

Baterai 4000 mAH 15C ----à dapat digunakan secara aman untuk motor yang menarik arus maksimum 15 * C = 15* 4000mA = 60 Ampere.

Maka baterai tersebut aman untuk ESC dan motor yang menarik arus hingga 60 Ampere. Jika ESC/motor menarik arus yang lebih besar dari 60A, Baterai dan ESC akan cepat rusak.

Cara memastikan bahwa baterai memiliki discharge rate yang tepat untuk motor tertentu adalah dengan mengukur temperature baterai setelah pemakaian. Jika baterai terlalu panas (lebih dari 40 derajat celcius) , hamper bisa dipastikan motor tersebut membutuhkan baterai dengan discharge rate lebih tinggi.


Berikut ini adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam merawat LiPo:
1.       Aturan 80 persen: Untuk mendapatkan umur yang lebih panjang, sebaiknya baterai tidak pernah dipakai melebihi 80 persen dari daya maksimum. Misal: Baterai 1000mAH sebaiknya hanya dipakai 800 mAH dalam satu kali pemakaian. Untuk baterai yang tidak memiliki indicator, sisa daya dapat diukur dari voltase. Voltase dapat diukur dengan multimeter.
Voltase baterai yang sudah terpakai 80% biasanya sebesar 3.74-3.75/cellnya.
Contoh: Baterai  3S memiliki voltase 11.22V pada keadaan 80% terpakai.
2.       Charge baterai hingga voltase yang tepat. Satu cell dari baterai LiPo memiliki voltase sebesar 4.2 V ketika penuh. Melakukan charge hingga voltase melebihi angka tersebut akan mengurangi umur baterai tersebut:
    • Charge to 4.1V gave over 2000 cycles.
    • Charge to 4.2V gave about 500 cycles.
    • Charge to 4.3V gave under 100 cycles.
    • Charge to 4.4V gave less than 5 cycles.

Batas voltase maksimum yang ideal untuk baterai lipo adalah 4.15V/cell. Banyak pengguna baterai yang menggunakan angka ini sebagai acuan dan mendapatkan umur maksimum baterai hingga 800 cycles.
3.       Charge baterai dengan arus yang tepat . Arus yang tepat untuk melakukan charge baterai LiPo adalah sebesar 1C atau sama sebesar satu kali dari kapasitas baterai. Dengan menggunakan setting tersebut dapat dijamin baterai akan bertahan lebih lama.
4.       Gunakan balance charger. Balance charger memastikan setiap cell dari baterai memiliki tegangan/volt yang sama.
5.       Kenali hal-hal yang mengurangi umur dari baterai LiPo:
·         Panas
·         Charging terlalu lama hingga melebihi batas voltase aman
·         Dibebani pemakaian arus yang terlalu besar
·         LiPo didiamkan dalam waktu lama dalam keadaan terisi penuh
·         Balancing yang buruk (voltase antar cell tidak sama)
·         Jatuh, diikat terlalu kencang, dsb,



Minggu, 19 Februari 2012

Mari Mengenal UAV !!!

UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau dalam Bahasa Indonesia, "Wahana Udara Tanpa Awak", merupakan satu bentuk inovasi di dunia penerbangan. Teknologi UAV memungkinkan sebuah misi terbang dijalankan tanpa mengorbankan satu awak pun,karena UAV memiliki kendali jarak jauh,dikendalikan oleh operator dari jarak yang sangat jauh, atau Autonomous atau telah ter-Komputerisasi,sehingga operator tinggal memasukkan input berupa koordinat ataupun target,dan UAV akan menjalankan misi secara otomatis,tanpa dikontrol secara manual oleh operator.

"Professor" Archibald Montgomery Low


UAV bermesin pertama adalah "Aerial Target" (AT)karya Archibald Lowseorang Consulting Engineer dari Inggris, yang disebut-sebut sebagai "Father of Radio Guidance System", karena beliau merupakan pioneer dalam proyek roket kendali,UAV dan torpedo. UAV AT ini dinamai sebagai "Aerial Target" untuk membodohi pihak Jerman saat Perang Dunia I agar mereka berpikir bahwa Inggris sedang mengembangkan pesawat tanpa awak untuk mengetes sistem anti-aircraft mereka. Padahal AT sebenarnya dikembangkan agar dapat digunakan menjadi "remote controlled missile". Prototype dari AT pertama kali di tes pada tahun 1917.

Predator UAV


Kini UAV telah banyak dikembangkan,khususnya di bidang militer. Beberapa contoh UAV - UAV militer yang canggih, antara lain Global Hawk, Predator, dsb. Di sektor sipil, UAV biasanya lebih banyak digunakan untuk pemantauan, patroli dan foto udara. Di Indonesia sendiri sudah ada perusahaan produsen UAV yang telah memproduksi berbagai pesanan UAV baik dari dalam negeri maupun pesanan dari luar negeri. Salah satu perusahaan yang saya tahu adalah UAVINDO. yang kebetulan pemiliknya adalah dosen Aerodinamika saya yang cukup veteran. :D

Di kampus saya sendiri,- ITB - khususnya di program studi saya - Aeronotika & Astronotika - ,UAV sudah banyak dikembangkan oleh mahasiswa,melalui proyek Tugas Akhir. Mahasiswa tingkat 2 dan 3 sendiri juga sebenarnya sudah mengembangkan UAV tetapi lebih banyak ke micro UAV yang diterbangkan dalam ruangan (Indoor). UAV Indoor tersebut relatif simple untuk dibuat,dan cocok dilakukan oleh pemula sebelum terjun ke dunia UAV Outdoor yang akan jauh lebih kompleks.

Senin, 06 Februari 2012

Hello World! This is My First Post! :D

HALO SEMUA!!

Ini post pertama saya di blog saya yang bernama AERONOVATION ini. Nama yang aneh bukan? haha. AeroNovation, nama yang saya dapatkan dari gabungan kata Aero dan Inovation. Yup, saya memilih nama ini karena saya membuat blog ini untuk berbagi tentang hal-hal menarik mengenai dunia Aeronotics  -  hal hal yang berkaitan dengan teknologi dan dunia penerbangan(pesawat,helikopter,roket, aerodinamika dsb.) - dan Inovasi.

Sebenernya yang akan lebih banyak saya bahas di sini adalah yang berkaitan dengan UAV(Unmanned Aerial Vehicle) atau Pesawat tanpa awak, mulai dari UAV buatan saya sendiri, atau UAV -UAV canggih buatan perusahaan ternama. Selain UAV mungkin saya akan membahas juga kreasi - kreasi berkaitan dengan penerbangan yang lain,seperti roket,balon udara atau BLIMP dsb.

Tunggu saja post saya selanjutnya ya..! :D

SALAM AERO.